Beranda | Artikel
Dua Rahasia Mengapa Ilmu Fikih Sulit - Syaikh Abdus Salam Asy-Syuwaiir #NasehatUlama
Senin, 4 April 2022

Dua Rahasia Mengapa Ilmu Fikih Sulit – Syaikh Abdus Salam Asy-Syuwai’ir #NasehatUlama

Pada mulanya, mungkin Anda akan duduk sangat lama, demi memahami satu baris saja. Oleh karena itu, di antara poin perkataan para ulama, mereka berkata, “Ilmu harus dipersulit,” demikian kata mereka. “Ilmu harus dipersulit.”

Itulah mengapa Anda dapati mereka mempersulit kitab-kitab Fikih dari dua sisi:

PERTAMA:
Dalam susunan redaksi kalimat. Anda dapati mereka mempersulitnya dalam kitab-kitab muẖtaṣarāt (ringkasan) Fikih. Mereka mengatakan, bahwa demikian itu agar para penuntut ilmu memulai dengan muẖtaṣarāt (ilmu dalam bentuk ringkasan). Sehingga mereka bersemangat di awal pembelajaran mereka. Apabila buku pertama yang dia pelajari menggunakan diksi yang rumit dan detail, yang harus diuraikan katanya dan dipahami cakupan maknanya selama beberapa menit, atau bahkan berjam-jam lamanya, saat itulah dia akan terus belajar, sampai menyelesaikan kitab, dan akan terus melanjutkannya.

Memang para ulama sengaja melakukannya, hal ini ditegaskan oleh sebagian mereka. Mereka mengatakan, bahwa tujuan dipersulitnya redaksi kalimat dalam Kitab Fikih, ada beberapa tujuan, di antaranya agar penuntut ilmu merasakan letihnya menuntut ilmu, agar wawasan itu dia kuasai. Yakinlah, apabila seseorang berletih-letih dalam menggapai sesuatu, dia akan mendapatkan aroma dan kelezatannya, serta manfaat yang lebih lama menetap dalam dirinya, daripada sesuatu yang dia dapatkan dengan mudah. Koran yang Anda baca setiap hari, dengan bahasa jurnalistik yang sangat mudah. Bahasa jurnalistik sangat mudah, namun Anda akan segera melupakannya. Tapi, perhatikan matan kitab yang tidak Anda pahami kecuali dengan berkonsultasi dengan lima orang,atau bahkan setelah membaca sepuluh kitab lain. Anda akan dapati wawasan ini lebih lama menetap dalam otak Anda, itulah tujuan para Ulama Fikih. Jadi, metode pertama mereka, mereka mempersulit redaksi kalimatnya,

KEDUA:
Mereka mempersulit—ini tentu hanya oleh ulama— mereka mempersulit pembahasan bab pertama dalam kitab mereka. Para ulama mempersulit bab pertama yang menjadi permulaan kitab. Ini adalah metode Abu Hamid dalam Ushul Fikih, yang kemudian diikuti oleh Abu Muhammad Muwaffaquddin dalam ar-Rauḍah, di mana beliau mengawali kitab Ushul Fikihnya dengan mukadimah ala mantiq. Beliau berkata, “Agar seseorang memulai belajar dengan sulit, agar dia mengetahui kerasnya belajar semaksimal kemampuannya, sehingga selanjutnya dia mulai menuntut ilmu dengan mudah.”

================================================================================

أَوَّلُ مَا تَبْدَأُ قَدْ تَجْلِسُ فِي السَّطْرِ الْوَاحِدِ أَمَدًا طَوِيلًا

وَلِذَلِكَ مِنْ نُكَتِ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّهُمْ يَقُولُونَ

يَجِبُ أَنْ يُصَعَّبَ الْعِلْمُ كَذَا يَقُولُونَ

يَجِبُ أَنْ يُصَعَّبَ الْعِلْمُ

وَلِذَلِكَ تَجِدُ فِي كُتُبِ الْفِقْهِ يُصَعِّبُونَ الْعِلْمَ مِنْ جِهَتَيْنِ

الْجِهَةُ الْأُوْلَى مِنْ حَيْثُ الصِّيَاغَةُ

فَتَجِدُ أَنَّ الْمُخْتَصَرَاتِ الْفِقْهِيَّةَ يُصَعِّبُونَهَا

يَقُولُونَ لِكَيْ إِذَا ابْتَدَأَ طَالِبُ الْعِلْمِ يَبْدَأُ بِمُخْتَصَرٍ

فَأَوَّلُ مَا يَبْدَأُ يَكُونُ مُتَحَمِّسًا

فَإِذَا أَوَّلُ كِتَابٍ يَأْتِيهِ بِهَذِهِ الْعِبَارَاتِ الْمَحْبُوكَةِ الدَّقِيقَةِ

الَّتِي يَحْتَاجُ حَلُّ أَلْفَاظِهَا وَفَهْمُ مَعَانِيهَا

إِلَى رُبَّمَا دَقَائِقَ أَوْ سَاعَاتٍ سَاعَاتٍ مُمْتَدَّةٍ

فَإِنَّهُ حِيْنَئِذٍ سَيَسْتَمِرُّ

إِنْ أَنْجَزَ الْكِتَابَ هُوَ سَيَسْتَمِرُّ

لِأَنَّهُمْ تَعَمَّدُوا نَصَّ عَلَى ذَلِكَ مَجْمُوعَةٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ

قَالُوا: إِنَّهُ يُقْصَدُ تَصْعِيْبُ الْأَلْفَاظِ لِأَغْرَاضٍ

مِنْ هَذِهِ الْأَغْرَاضِ أَنَّ الْمَرْءَ يَتْعَبُ فِي تَحْصِيلِ الْعِلْمِ

لِكَيْ يَجِدَ هَذِهِ الْمَعْلُومَةَ

وَثِقْ أَنَّ الْمَرْءَ إِذَا تَعِبَ فِي الشَّيْءِ وَجَدَ لَهُ طَعْمًا وَلَذَّةً

وَوَجَدَ لَهُ نَفْعًا فَبَقِيَ فِي نَفْسِهِ

أَكْثَرَ مِنْ بَقَائِهِ الَّذِي يَأْتِيهِ بِسُهُولَةٍ

الْجَرَائِدُ كُلَّ يَوْمٍ تَقْرَأُهَا بِلُغَةٍ صَحَفِيَّةٍ سَهْلَةٍ جِدًّا

اللُّغَةُ الصَّحَفِيَّةُ سَهْلَةٌ جِدًّا وَهَذَا سَتَنْسَى ثَانِيَهُ

لَكِنْ اُنْظُرْ ذَلِكَ المَتْنَ الَّذِي مَا فَهِمْتَ حَتَّى شَاوَرْتَ خَمْسَةً

وَحَتَّى قَرَأْتَ عَشْرَةَ كُتُبٍ

تَجِدُ أَنَّ هَذِهِ الْمَعْلُومَةَ بَقِيَتْ فِي ذِهْنِكَ إِذَنْ غَرَضُهُمْ

فَطَرِيقَتُهُمُ الْأُوْلَى أَنَّهُمْ يُصَعِّبُونَ عِبَارَاتِهِ

ثَانِيًا أَنَّهُمْ يُصَعِّبُونَ عِنْدَ بَعْضِعِمْ طَبْعًا

يُصَعِّبُ أَوَّلَ الْبَابِ فِي كِتَابِهِ

أَوَّلُ الْبَابِ يُبْدَأُ بِهِ الْكِتَابُ يُصَعِّبُونَهُ

وَهَذِهِ طَرِيقَةُ أَبِيْ حَامِدٍ فِي أُصُولٍ

وَتَبِعَهُ أَبُو مُحَمَّدٍ الْمُوَفَّقُ فِي الرَّوْضَةِ

فَإِنَّهُ ابْتَدَأَ كِتَابَ الْأُصُولِ بِمُقَدِّمَةٍ مَنْطِقِيَّةٍ

قَالَ: لِكَيْ يَعْنِيْ يَبْتَدِئَ الْمَرْءُ بِالصَّعْبِ

لِكَيْ يَعْلَمَ أَيشْ شِدَّتَهُ مَعَ… إِلَى أَقْصَى شَيْءٍ

ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ يَبْدَأُ لَهُ الْعِلْمُ مُتَيَسِّرًا

 

 


Artikel asli: https://nasehat.net/dua-rahasia-mengapa-ilmu-fikih-sulit-syaikh-abdus-salam-asy-syuwaiir-nasehatulama/